Berikut ini bahasan mengenai "MENURUNKAN
TRIGLISERIDA | DIET TRIGLISERIDA | PANTANGAN TRIGLISERIDA " alias cara-cara
menurunkan kadar trigliserida dalam tubuh/darah. Sebuah cerita dari tetanga sebelah.
Suatu pagi di Tretes, Jawa Timur, bangun tidur kolega saya minta dibelikan
obat maag, karena semalam dia tidak bisa tidur, perutnya seperti diremas-remas, keluhnya. Dengan masih memakai celana kolor, salah satu kolega yang lain, bergegas menuju warung terdekat untuk membeli obat maag.
Saya berpikir, kolega saya stress karena tenggat waktu pekerjaan kami yang masih bertumpuk akan segera berakhir. Selang tiga bulan, kolega saya langsung menuju meja saya begitu sampai kantor.
Bagaimana caranya menurunkan HDL?
eeeeiiiit…HDL itu perlu dinaikkan bukan diturunkan, kata saya
nggak….HDL saya terlalu tinggi
coba lihat hasil testnya, pinta saya
Ternyata total kolesterol dibawah 200, HDL dibawah 40, dan trigliseride diatas 150
Kategori normal apabila total kolesterol dibawah 200, LDL dibawah 100, HDL diatas 40 dan trigliserid dibawah 150.
yach…itu kebingungan atau kecemasan yang biasa muncul setelah memeriksakan darah, persis seperti yang saya alami empat tahun lalu….bingung, cemas, takut bercampur setengah putus asa dan cuek…..campur aduk jadi satu kayak gado-gado.
Kebanyakan artikel ditulis oleh para ahli mengupas total kolesterol, kolesterol jahat (Low Density Lipoprotein alias LDL) dan kolesterol baik (High Density Lipoprotein alias HDL). Jarang yang mengupas tentang triglyseride, padahal triglisedire ini sahabat karibnya kolesterol, dalam arti bahwa ukurannya biasanya berbanding lurus. Bila kolesterol tinggi, kadar triglisedirnya juga tinggi. Meski hal ini tidak selalu terjadi. Saya termasuk yang anomali, karena trigliseride saya dibawah 150 tetapi kolesterol saya diatas 200. ech….sebenarnya kalau dilihat lebih jauh, ini bukan anomali, karena kadar trigliserid berbanding terbalik dengan HDL, bila HDL tinggi maka kadar trigliseridnya rendah. Itu yang membedakan saya dengan kolega saya. Meski total kolesterol diatas 200, tetapi trigliseridnya dibawah 150,karena HDL diatas 40, cenderung diatas 60 bahkan pernah diatas 90.
Trigliserid merupakan salah satu fraksi lemak yang terdapat dalam makanan maupun darah kita. Orang kegemukan, trigliseridnya dalam bentuk “gajih” bisa berbobot puluhan bahkan ratusan kilogram, tetapi bagi orang kurus kelebihan trigliseridnya disimpan dalam darah alias hipoertrigliseridemia. Kelebihan trigliserid sama tinggi risikonya dengan kelebihan kolesterol. Sama-sama berisiko terhadap penyakit jantung koroner. Bedanya, kelebihan trigliserid bisa mengganggu kerja kelenjar ludah perut alias pankreas, sehingga bisa muncul keluhan nyeri ulu hati alias maag, karena lokasinya yang berdekatan. Jadi wajar jika keluhan ini diobati dengan obat maag tidak akan menyelesaikan masalah.
Apabila
trigliserid tinggi, kurang olah raga, maka kelebihan trigliserid ini akan diubah menjadi kolesterol, baik LDL mapun HDL. Apakah akan menjadi LDL atau HDL, tergantung pada asam lemak yang dikandungnya. Bila kandungan lemak jenuh, maka akan diubah menjadi LDL, begitupun sebaliknya, bila kandungannya lemak tak jenuh akan diubah menjadi HDL.
Saya agak merasa bersalah pada kolega saya ini, karena setiap kali kami makan bersama, mesti dia selalu menampung kelebihan jatah nasi saya, sementara ajakan saya untuk berolah raga tenis ataupun bike to work alias B2W belum berhasil. Padahal kelebihan karbohidrat ini akan diubah menjadi trigliserid, jika tubuh kelebihan pasokan kalori tetapi kurang olah raga untuk membakarnya.
Untuk
menurunkan trigliserid ini tidak cukup dengan mengurangi konsumsi lemak tetapi juga karbohidrat, terutama karbohidrat sederhana dari tepung dan gula yang biasa dikenal sebagai highglycemic carbohydrates (karbohidrat jahat). Menurut dr. Andy Hartono dalam intisari Mind Body & Soul volume 4 tahun 2009, ada
11 cara menurunkan kadar trigliserid:
1. Mengurangi berat badan. Ukuran berat badan ideal masa kini menggunakan formula BMI (body mass index). Cara menghitungnya dengan membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan (M) pangkat 2. Kategori normal bila BMI 18,5 – 24, kurus bila BMI dibawah 18,5 gemuk bila BMI 25-29 dan obesitas bila BMI diatas 30.
2. Mengendalikan kadar
gula darah. Tak cukup tes urine saja untuk yang berisiko diabetes. Pemeriksaan kadar ketone darah dapat dilakukan dari urine dengan kertas (ketostix), namun sekarang bisa dilakukan sendiri dengan glucometer. Tanda-tanda gula darah rendah bisa berakhir dengan rasa berkunang-kunang, penglihatan gelap, berkeringat dingin, lalu jatuh pingsan, hal ini bisa dicegah dengan selalu siap permen disaku atau gula merah (oleh orang tua kita jaman dulu)
3. Membiasakan diri olah raga ringan dan konsisten. Cukup 30 menit sehari, tidak perlu harus 1 sampai 2 jam dengan keringat bercucuran. Hal ini tidak ada gunanya kalau dilakukan hanya sesaat dan berhenti, bahkan bisa terjadi overtrain, bila tidak terbiasa berolah raga sebelumnya.
4. Berhenti
merokok. Radikal bebas dalam asap rokok disamping tidak baik bagi paru-paru juga berpotensi merusak metabolisme tubuh dan aliran darah yang akan menaikkan kadar
gula darah serta trigliserid.
5. Mengurangi makanan manis. Kadar fruktosa yang tinggi dalam makanan manis akan menaikkan
kadar trigliserid.
6. Mengurangi makanan pokok kaya karbohidrat seperti nasi, roti halus dan mi. sumber karbohidrat ini bisa digantikan dengan jagung, umbi-umbian, havermut dan kentang rebus, terutama saat makan malam.
7. Mengurangi makanan yang mengandung banyak tepung. Mengurangi camilan gorengan yang mengandung tepung bisa menaikkan
kadar trigliserid.
8. Menambahkan manakan berserat tinggi dan kaya pati resisten. Pati resisten akan mengurangi penyerapan gula dan minyak yang dikonsumsi berlebih.
9. Mengurangi konsumsi lemak jenuh dengan cara mengganti protein hewani dengan protein nabati seperti tahu, tempe dan sari kedelai.
10 Tidak minum alkohol dan kopi. Konsumsi alkohol dan kopi berlebih akan
meningkatkan kadar trigliserid
11 Mengelola stress dengan baik melalui kegiatan spiritual seperti berdo’a, beramal, meditasi dan kontemplasi atau berwisata ketempat-tempat yang alamnya masih tidak banyak polusi, hijau, tenang, dan damai.
Kunci terakhir yang tidak kalah penting adalah selalu berpikir positif dan berperasaan positif. Orang yang tidak hanya berpikir positif tetapi juga berperasaan positif akan selalu bahagia dan terhindar dari stress yang berkepanjangan dan tidak mudah tergoda oleh lingkungan yang tidak kondusif untuk menciptakan kebahagiaan. (Source: purwatiwidiastuti.wordpress.com)