Oleh:
Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA
TAK terasa kita
telah memasuki bulan Sya’ban. Berarti, tak lama lagi kita akan
kedatangan bulan suci Ramadhan. Maka sudah sepatutnya kita melakukan
berbagai persiapan dalam rangka tarhib Ramadhan (menyambut Ramadhan).
Ibarat sosok tamu yang agung, kedatangan bulan Ramadhan mesti disambut
dengan perasaan gembira dan suka cita oleh umat Islam. Setelah sekian
lama berpisah, maka tamu yang agung ini kembali ditunggu-tunggu dan
dielu-elukan kedatangannya dengan penuh kegembiraan dan kerinduan.
Jika kita kedatangan seorang tokoh atau tamu yang penting seperti
presiden, menteri, gubernur dan sebagainya, maka berbagai persiapan pun
kita lakukan dalam rangka menyambut kedatangan mereka. Mulai dari acara
protokuler sampai dengan menghiasi dan membersihkan tempat yang akan
dilewati dan dikunjungi oleh pejabat maupun tokoh penting tersebut.
Penyambutan mereka dilakukan dengan antusias dan kegembiraan. Maka,
sudah sepatutnya pula kedatangan bulan suci Ramadhan disambut lebih
meriah dan gembira oleh umat Islam dibandingkan dengan kedatangan tokoh
atau pejabat tersebut.
Ramadhan ibarat sosok tamu agung dan mulia yang selalu dielu-elu
kedatangannya dan dirindukan perjumpaan dengannya..
Hal ini sangat wajar, mengingat tamu yang mulia ini (baca: Ramadhan)
datang dengan membawa berbagai keutamaan, baik di dunia maupun di
akhirat. Ramadhan merupakan bulan rahmat, maghfirah dan pembebasan dari
api neraka. Selain itu, Ramadhan merupakan bulan keberkahan, karena pada
bulan ini pahala suatu amal shalih dan ibadah dilipatgandakan. Demikian
pula dengan keberkahan di dunia dengan bertambahnya rezki seseorang
pada bulan ini, terutama bagi para pedagang kelontong, kue, pakaian
muslim/ah, dan lainnya. Begitu agung dan mulianya bulan ini sehingga
Rasul saw menjulukinya sebagai Sayyid Asy-Syuhur (penghulu segala
bulan).
Maka sudah sepatutnya kedatangan tamu yang mulia ini disambut oleh
umat Islam dengan penuh kegembiraan dan persiapan yang meriah. Bila
tidak, tentu keislaman dan keimanan seorang yang mengaku dirinya muslim
perlu dipertanyakan kembali dan discan kembali, bahkan bila perlu
diformat ulang. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw, “Seandainya
hamba-hamba mengetahui apa yang ada dalam apa yang ada pada bulan
Ramadhan, niscaya umatku berangan-angan agar Ramadhan terus berlangsung
sepanjang tahun.”
Meskipun hadits ini dhaif (lemah) menurut para ulama hadits ,
bahkan maudhu’ (palsu) menurut sebahagian mereka, namun
maknanya adalah benar. Yang dilarang adalah meyakini ucapan tersebut
sebagai hadits Rasul dan dijadikan sebagai hujjah.
Persiapan tarhib Ramadhan sangat penting dan perlu dilakukan, agar
Ramadhan kita nantinya menjadi sukses. Sebagaimana halnya ketika kita
akan menghadapi suatu ujian (test) atau pertandingan, maka tentu kita
terlebih dahulu mempersiapkan diri, agar berhasil dalam ujian (test)
atau menang dalam pertandingan tersebut. Namun yang menjadi pertanyaan
adalah bagaimana cara kita mempersiapkan diri untuk menyambut bulan
Ramadhan agar Ramadhan kita sukses? Persiapan apa saja yang perlu kita
lakukan dalam menyambut bulan yang mulia ini?
Menurut penulis, untuk menyambut kedatangan Ramadhan, maka kita perlu
melakukan berbagai persiapan baik dari segi fisik maupun jiwa, jasmani
maupun rohani dan materi maupun moril. Di antara persiapan tarhib
Ramadhan yang penting dan perlu dilakukan yaitu:
Pertama, perbanyak puasa sunnat pada bulan Sya’ban.
Memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban merupakan sunnah Rasul saw.
Hukumnya adalah sunnat. Dalam sebuah riwayat, dari Aisyah r.a ia
berkata, “Aku belum pernah melihat Rasulullah saw menyempurnakan
puasa sebulan penuh melainkan pada bulan Ramadhan, dan aku belum pernah
melihat Rasulullah saw paling banyak berpuasa dalam sebulan melainkan
pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, dari Usamah bin Zaid r.a ia berkata, aku
bertanya, “Wahai Rasulullah, aku belum pernah melihatmu berpuasa pada
bulan-bulan lain yang sesering pada bulan Sya’ban”. Beliau bersabda,
“Itu adalah bulan yang diabaikan oleh orang-orang, yaitu antara bulan
Ra’jab dengan Ramadhan. Padahal pada bulan itu amal-amal diangkat dan
dihadapkan kepada Rabb semesta alam, maka aku ingin amalku diangkat
ketika aku sedang berpuasa.” (HR. Nasa’i dan Abu Daud serta dishahihkan
oleh Ibnu Khuzaimah).
Adapun pengkhususan puasa dan shalat sunat seperti shalat tasbih pada
malam nisfu sya’ban (pertengahan Sya’ban) dengan menyangka bahwa ia
memiliki keutamaan, maka tidak ada dalil shahih yang mensyariatkannya.
Hadits-hadits yang dijadilan sandaran sebagai keutamaan puasa dan shalat
malam nisfu sya’ban itu dhaif dan maudhu’ menurut para ulama hadits.
Al-Mubarakfury dalam kitabnya Tuhfah al-Ahwadzi (3/444) menyebutkan
hadits nisfu sya’ban dhaif. Ibnu Al-Jauzi menvonis tersebut maudhu’
dengan memasukkan dalam kitabnya Al-Maudhu’at. Oleh karena itu,
hadits-hadits tersebut tidak bisa dijadikan hujjah dan tidak boleh
diamalkan berdasarkan ijma’ ulama.
Kedua, mempelajari fiqh ash-shiyam (fikih puasa).
Seorang muslim wajib mempelajari ibadah sehari-harinya, termasuk fikih
puasa, karena sebentar lagi kita akan menjalankan kewajiban ibadah
puasa. Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana cara berpuasa yang
benar yaitu sesuai dengan petunjuk Rasul saw, agar ibadahnya diterima
Allah Swt.
Dengan mempelajari fikih puasa maka ia dapat mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan hukum puasa seperti rukun puasa, sunat dan adab puasa,
yang membatalkan puasa dan sebagainya. Maka, sudah sudah sepatutnya
menjelang kedatangan Ramadhan, seorang muslim memperbanyak membaca
buku-buku tentang Puasa Ramadhan dan ibadah lainnya yang berkaitan
dengan bulan Ramadhan seperti shalat tarawih, i’tikaf dan membaca
al-Quran. Persiapan ilmu ini wajib dilakukan oleh seorang muslim untuk
memasuki bulan Ramadhan. Dengan ilmu, maka ibadah dapat dilakukan dengan
cara yang benar dan diterima Allah saw. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa
yang Allah menghendaki kebaikan kepadanya, maka Allah mudahkan
pendalaman dalam menuntut ilmu agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketiga, memberi kabar gembira dengan kedatangan
bulan Ramadhan kepada umat Islam. Hal ini sesuai dengan sunnah Rasul
saw. Beliau selalu memberi taushiah menjelang kedatangan Ramadhan dengan
memberi kabar gembira tentang bulan Ramadhan kepada para shahabatnya.
Dalam sebuat riwayat dari Abu Hurairah beliau mengatakan bahwa
menjelang kedatangan bulan Ramadhan, Rasulullah saw bersabda, “Telah
datang kepada kamu syahrun mubarak (bulan yang diberkahi). Diwajibkan
kamu berpuasa padanya. Pada bulan tersebut pintu-pintu surga dibuka,
pintu-pintu neraka ditutup, syaithan-syaithan dibelunggu. Padanya juga
terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang
terhalang kebaikan pada malam tersebut, maka ia telah terhalang dari
kebaikan tersebut.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi. Banyak
lagi hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan Ramadhan. Hal ini
dilakukan oleh Rasulullah saw untuk memberi motivasi dan semangat kepada
umat Islam dalam beribadah di bulan Ramadhan.
Keempat, menjaga kesehatan
dan stamina fisik. Persiapan fisik agar tetap sehat dan kuat pada bulan
Ramadhan sangat penting. Mengingat kesehatan merupakan modal utama
dalam beribadah. Orang yang sehat dapat melakukan ibadah dengan baik dan
penuh semangat. Namun sebaliknya bila seseorang sakit, maka ibadahnya
sangat terganggu dan tidak semangat. Oleh karena itu Rasulullah saw
bersabda, “Pergunakanlah kesempatan yang lima sebelum datang yang
lima; masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu,
masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu,
dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Hakim) Oleh
karena itu, menjelang bulan Ramadhan, maka kesehatan dan stamina fisik
mesti dijaga. Makan harus teratur. Pola makan yang sehat harus dijaga.
Selain itu, istirahat harus cukup.
Kelima, membersihkan rumah
dan lingkungan. Islam memerintahkan kita untuk selalu hidup bersih dan
sehat. Hal ini terbukti dengan perintah membersihkan diri dan tempat
ibadah, terutama ketika ketika kita mau shalat atau melakukan ibadah
lainnya. Untuk mewujudkan lingkungan yang sehat, maka kita perlu menjaga
kebersihan di rumah dan di sekitar lingkungan kita. Bila kita
kedatangan tamu ke rumah kita atau ke desa kita, maka kita sibuk
membersihkan rumah dan lingkungan kita. Bahkan rumah atau desa dihias
sedemikian rupa, agar tampak indah dan bersih. Maka, begitu pula
sepatutnya kita menyambut bulan Ramadhan.
Terlebih lagi, bulan Ramadhan adalah bulan
ibadah. Tentu kita menginginkan suasana ibadah yang nyaman dan khusyuk
dalam shalat lima waktu dan tarawih. Allah berfirman, “Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusuk
dalam shalatnya.” (Al-Mukminun: 1-2). Kekusyukan dalam ibadah akan
mendatangkan ampunan Allah swt sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Jika
kita menunaikan shalat lima waktu yang telah diwajibkan Allah Swt dengan
whudu’ yang sempurna, tepat waktu dan penuh khusyuk, maka Allah
berjanji akan mengampuni dosa-dosa kita. Orang yang tidak melakukan hal
itu, dia tidak termasuk dalam janji Allah. Jika Allah menghendaki
ampunan, maka Allah mengampuninya. Dan jika Allah menghendaki siksaan,
maka Allah akan menyiksanya.” (HR. Abu Daud)
Rumah, masjid dan surau yang bersih dan
indah tentu akan menciptakan suasana yang nyaman dalam beribadah,
sehingga akan mendatangkan kekusyukan dalam beribadah. Sebaliknya rumah,
masjid dan surau yang kotor dan bau, tentu akan mengganggu kenyamanan
dalam ibadah sehingga menghilangkan kekusyukan. Apalagi sampai
menimbulkan berbagai macam penyakit yang berbahaya akibat lingkungan
yang kotor dan bau.
Persiapan Finansial dan Mental
Selain lima persiapan itu, ada yang tak
kalah pentingnya. Yakni persiapan finansial (keuangan) dan mental.
Bulan Ramadhan merupakan bulan amal shalih.
Di antara shalih shalih yang sangat digalakkan pada bulan Ramadhan
adalah berinfak dan bersedekah. Hal ini sesuai dengan sunnah Rasulullah
saw. Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas ia berkata, “Rasulullah
saw adalah orang yang paling dermawan, dan sikap kedermawaaannya
semakin bertambah pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril menemuinya
untuyk mengajarkan al-Quran kepadanya. Dan biasanya Jibril
mendatanginya setiap malam pada bulan Ramadhan untuk mengajari al-Quran.
Sungguh keadaan Jibril sangat dermawan pada kebaikan melebihi angin
yang berhembus.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, sudah sepatutnya
seorang muslim dalam Ramadhan mengikuti kedermawaan Rasulullah saw.
Agar dapat memanfaatkan keberkahan bulan
Ramadhan, maka sepatutnya seorang muslim menyiapkan sebahagian hartanya
sebelum kedatangan bulan Ramadhan untuk diinfakkan dan disedekahkan pada
bulan Ramadhan nantinya. Selain itu, persiapan finansial ini juga
sangat bermanfaat untuk keperluan bersahur dan berbuka puasa. Terlebih
lagi bila ingin menu berbuka puasa mencukupi dan sesuai dengan standar
gizi yang diperlukan oleh tubuh kita.
Jiwa dan mental juga perlu persiapan.
Hendaklah kita menyambut bulan Ramadhan dengan rasa penuh kegembiaraan
dan tulus hati serta jiwa yang bersih (taubat). Siapkan diri untuk
melakukan berbagai amal shalih dan ibadah pada bulan Ramadhan. Karena
pada bulan ini kita akan beribadah puasa dan lainnya dengan optimal dan
fulltime selama sebulan penuh. Jiwa dan mental kita harus dipersiapkan
dengan penuh keimanan dan ketulusan hati (ikhlas) dalam beribadah.
Dengan demikian, maka kesulitan dan sikap malas dalam ibadah bisa
diatasi dan dihilangkan. Ibadah pun menjadi terasa mudah dan
menyenangkan. Selain itu, hendaklah menyucikan jiwa kita dengan cara
bertaubat kepada Allah Swt, agar jiwa kita bersih dari noda dosa. Begitu
pula kita hendaklah membiasakan diri untuk melakukan ibadah-ibadah
sunnah, seperti puasa sunnat, shalat sunnat dan memperbanyak membaca
Al-Quran. Sehingga kita terlatih dan terbiasa melakukan ibadah yang
optimal.
Demikianlah di antara berbagai persiapan
yang dapat kita lakukan dalam rangka menyambut kedatangan tamu yang
agung dan mulia yang bernama Ramadhan. Mari kita sambut kedatangan bulan
Ramadhan dengan penuh kegembiraan, keimanan dan ketulusan hati. Raihlah
berbagai keutamaan yang dibawa oleh Ramadhan dengan melakukan berbagai
amal shalih dan ibadah secara optimal. Semoga
kita sukses dalam ujian dan ibadah di bulan Ramadhan ini...!!Penulis adalah
Ketua bidang Dakwah, Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII) Prov. Aceh
& pengurus Komite Penguatan Aqidah dan Peningkatan Amalan Islam
(KPA-PAI) Kota Banda Aceh