Terapi
bekam sejak dulu sering dilakukan oleh sebagian masyarakat di
Indonesia. Terapi alternatif ini oleh Kementrian Kesehatan dikategorikan
ke dalam jenis pengobatan tradisional. Masyarakat non medis selama ini
menganggap terapi bekam adalah mengeluarkan darah kotor lewat kulit yang
sudah dilukai dengan alat khusus dan disedot menggunakan mangkuk vakum.
Melihat manfaat bekam ternyata menarik untuk diteliti oleh kalangan
medis. Bukan seperti perpektif masyarakat non medis yang menganggap
bekam berkaitan dengan masuk angin dan darah kotor. Tetapi kalangan
medis mengungkapkan ternyata memang bekam terbukti dapat meningkat
sebagian respon imunitas tubuh yang berdampak dapat meningkatkan
kekebalan tubuh dalam melawan gangguan tubuh.
Bekam adalah
metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah statis yang mengandung
toksin dari dalam tubuh manusia. Berbekam dengan cara melakukan
pemvakuman di kulit dan pengeluaran darah darinya. Pengertian ini
mencakup dua mekanisme pokok dari bekam, yaitu proses pemvakuman kulit
dan dilanjutkan dengan pengeluaran darah dari kulit yang telah divakum
sebelumnya. Dalam bahasa Jawa disebut cantuk atau kop. Di Sumbawa dan
sekitarnya disebut tangkik atau batangkik. Dalam bahasa Arab disebut
hijamah. Dalam bahasa Inggris disebut blood cupping atau blood letting
atau cupping therapy atau blood cupping therapy atau cupping
therapeutic. Dalam bahasa Mandarin disebut pa hou kuan. Di Asia tenggara
(Malaysia dan Indonesia) dikenal dengan sebutan bekam
Sejarah
Praktek
bekam adalah praktek pengobatan penyakit yang sudah ada sejak ribuan
tahun silam. Orang yang rutin melakukan bekam diyakini akan sembuh dari
berbagai penyakit. Bekam adalah metode pengobatan kuno yang sudah
dipakai sejak zaman Yunani Kuno dan disebutkan dalam catatan medis
Sanskerta ribuan tahun lalu. Bekam juga dipakai oleh ilmuwan kedoketeran
Ibnu Sina. Ibnu Sina di dalam kitabnya Al-Qaanun mengungkapkan:
“Diperintahkan untuk tidak berbekam di awal bulan karena cairan-cairan
tubuh kurang aktif bergerak dan tidak normal, dan tidak diakhir bulan
karena bisa jadi cairan-cairan tubuh mengalami pengurangan. Oleh karena
itu diperintahkan melakukan bekam pada pertengahan bulan ketika
cairan-cairan tubuh bergolak keras dan mencapai puncak penambahannya
karena bertambahnya cahaya di bulan”.
Pada zaman
China kuno seorang herbalis Ge Hong (281-341 M) dalam bukunya A Handbook
of Prescriptions for Emergencies menggunakan tanduk hewan untuk
membekam/mengeluarkan bisul yang disebut tehnik “jiaofa”, sedangkan di
masa Dinasti Tang, bekam dipakai untuk mengobati TBC paru-paru . Pada
kurun abad ke-18 (abad ke-13 Hijriyah) , orang-orang di Eropa
menggunakan lintah (al ‘alaq) sebagai alat untuk bekam (dikenal dengan
istilah Leech Therapy) dan masih dipraktekkan sampai dengan sekarang.
Hippocrates
(460-377 SM), Celsus (53 SM-7 M), Aulus Cornelius Galen (200-300 M)
mempopulerkan cara pembuangan secara langsung dari pembuluh darah untuk
pengobatan di zamannya. Dalam melakukan tehnik pengobatan tersebut,
jumlah darah yang keluar cukup banyak, sehingga tidak jarang pasien
pingsan. Cara ini juga sering digunakan oleh orang Romawi, Yunani,
Byzantium dan Itali oleh para rahib yang meyakini akan keberhasilan dan
khasiatnya.
Di Eropa, praktek bekam dilarang sejak
akhir abad ke-19 karena menurut dokter pasien-pasien yang dibekam
menjadi lebih lemah dan mudah terkena infeksi. Risiko infeksi bisa
timbul karena alat-alat yang digunakan tidak higienis.
Di India,
praktek bekam bisa ditemui di pinggir-pinggir jalan daerah Delhi. Pasien
diharuskan berdiri dan berjemur di bawah sinar matahari selama 1,5 jam
supaya aliran darah lebih lancar. Kemudian pasien, masih dalam posisi
berdiri, dililit tali mulai dari bagian pinggang sampai kaki, kemudian
dilakukan sayatan menggunakan silet. Salah satu pemilik praktik bekam
ala India tersebut adalah Hakim Ghyas. Setiap harinya ia melayani
ratusan pasien. Pria berusia 79 tahun itu mengklaim teknik bekam yang
dilakukannya bisa mengobati hampir semua jenis penyakit artritis,
penyakit jantung, bahkan kanker darah stadium awal. Dalam sebuah
wawancara dengan CNN, Ghyas mengatakan praktek pengobatan yang
dilakukannya itu memungut bayaran secara sukarela karena kebanyakan
pasien adalah orang miskin. Untuk membiayai kehidupannya sehari-hari,
Ghyas mengandalkan pada gaji anak laki-lakinya yang bekerja sebagai
penjaga toko, sementara anaknya yang lain mengikuti jejaknya dan
membantu praktek bekam.
Cara melakukan Bekam :
- Mempersiapkan semua peralatan yang sudah disterilkan
- Mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan desinfektan seperti betadine
- Dilanjutkan dengan penghisapan kulit
menggunakan “kop/gelas” bekam, kekuatan penghisapan pada setiap pasien
berbeda-beda. Lama penghisapan selama 5 menit, tindakan ini sekaligus
berfungsi sebagai Anestesi (pembiusan) lokal. Diutamakan mendahulukan
bagian tubuh sebelah kanan dan jangan melakukan penghisapan lebih dari 4
titik bekam sekaligus.
- Dengan menggunakan pisau bedah standar
kemudian dilakukan syartoh /penyayatan (jumlah sayatan 5-15 untuk satu
titik tergantung diameter kop yang dipakai, panjang sayatan 0,3-0,5 cm,
tipis dan tidak boleh terlalu dalam, dilakukan sejajar dengan garis
tubuh). Salahsatu tanda bahwa sayatannya baik adalah sesaat setelah
disayat, kulit tidak mengeluarkan darah akan tetapi setelah disedot
dengan alat maka darahnya baru keluar.
- Lakukan penghisapan kembali dan biarkan “darah kotor” mengalir di dalam kop selama 5 menit.
- Bersihkan dan buang darah yang
tertampung dalam kop dan jika perlu bisa lakukan penghisapan ulang
seperti tadi. Tidak boleh dilakukan pengulangan sayatan.
- Bersihkan bekas luka dan oleskan minyak habbatus sauda yang steril. Umumnya bekas bekam akan hilang setelah 2-5 hari
- Setiap pasien dianjurkan untuk memiliki
alat bekam sendiri. Kop/alat bekam tidak boleh digunakan untuk pasien
lain pada penderita hepatitis, ODHA, dan penyakit menular lainnya.
- Ada sekitar 12 titik utama yang
disebutkan dalam hadits, selebihnya merupakan pengembangan dari itu.
Beberapa ahli bekam juga menggunakan titik akupuntur untuk dilakukan
pembekaman sedangkan yang lainnya menggunakan pendekatan anatomi organ
tubuh dan patofisiologis suatu penyakit.
- Bagian tubuh yang dibekam diantaranya
adalah Titik di kepala (Ummu Mughits, Qomahduwah, Yafukh, Hammah, dzuqn,
udzun), Leher dan punggung (Kaahil, al-akhda’ain, alkatifain,
naqroh,munkib), kaki (Wirk, Fakhd, Zhohrul qodam, iltiwa’)
Bekam Menurut Penelitian medis
Manfaat
bekam ternyata telah diteliti oleh kalangan medis. Tetapi menurut kajian
medis manfaat dan cara kerja bekam tidak berkaitan dengan darah kotor
atau “mengelurkan angin” seperti dianalogikan oleh masyarakat non medis.
Menurut dunia medis “darah kotor” atau racun dalam darah tidak dapat
hanya dibuang dengan mengeluarkan hanya sebagian kecil dalam darah
seperti yang dilakukan saat bekam. Padahal racun dalam darah beredar di
seluruh tubuh. Sebenarnya sevcara alamiah fungsi detoksifikasi atau
pengeluaran racun dapat dilakukan oleh organ ginjal dan hati. Hati
merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang berfungsi sebagai alat ekskresi atau pengeluaran racun. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino.
Ginjal adalah organ yang berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.
Semua darah yang beredar dalam tubuh manusia akan melalui 2 organ besar
tersebut yang dapat dilakukan penyarigan racun dan dikeluarkan oleh
tubuh. Bila hati atau ginjal rusak maka penyaringan racun tersebut
dilakukan dengan memakai alat hemodialisis atau cuci ginjal.
Terapi
alternatif ini telah dilakukan penelitian oleh beberapa peneliti
diantaranya oleh Saad A Al Saedi. Dr. Saad A. AL-Saedi dari Medicine
College, Departement Pediatric telah melaporkan penelitiannya dlam
sebiah jurnal yang berjudul , Molecular Aspects of Cupping Therapy:
Relationship to Immune Functions in Patients with Chronic HCV Infection
(Phase two). Peneliti tersebut mengamati terapi bekam berkaitan dengan fungsi Imun iB pasien Artikel Baru infeksi Hepatitis C Kronik. Penelitian tersebut membandingkan pasien HCV yang menjalani cupping (bekam) dengan kelompok kobtrol degan mengamati (sel darah putih) CBC, fungsi hati dan respon imun. Efek respon imun pengobatan bekam diamati pada MDA, IL–1ß, dan cAMP. Hasil penelitian ini menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam enzim hati (ALT yaitu) setelah dilakukan bekam berulang, dan juga dalam mengurangi MDA radikal bebas serta cAMP, yang keduanya dicurigai perubahan hati patologis yang menyertai infeksi HCV. Di sisi lain, hasil penelitian menunjukkan efek cupping pada peningkatan IL–1ß yang memicu kaskade imunostimulasi sekunder untuk radang, dengan mengaktifkan T–limfosit dan sel-B bersama dengan mengaktifkan molekul adhesi dan sitokin lain. Hasil menunjukkan juga terus meningkatkan jumlah trombosit pada cupping diulang. Meskipun tidak ada perubahan signifikan pada jumlah WBC diamati, jumlah limfosit meningkat bahkan di atas tingkat kontrol, yang mungkin mencerminkan sistem kekebalan tubuh ditingkatkan sekunder pengurangan diamati dalam viral load. Bekam juga meningkat kadar hemoglobin sekitar nilai kontrol. Tindakan terapi cupping juga dikaitkan dengan penurunan yang signifikan dalam viral load RNA HCV menggunakan teknik PCR. Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam respon kekebalan setelah bekam berulang dan kemudian penurunan yang signifikan dalam replikasi virus dalam sampel darah yang diambil dari pasien-pasien ini.
Dr. Wadda’
A. Umar mengungkapkan teori kedokteran bahwa saat pembekaman pada titik
bekam, maka akan terjadi kerusakan mast cell dan lain-lain pada kulit,
jaringan bawah kulit ( sub kutis), fascia dan ototnya. Akibat kerusakan
ini akan dilepaskan beberapa mediator seperti serotonin, histamine,
bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum
diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan
arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi
kapiler juga dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat pembekaman.
Ini menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah.
Akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta
akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil.
Yang terpenting adalah dilepaskannya corticotrophin releasing factor
(CRF), serta releasing factors lainnya oleh adenohipofise. CRF
selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH, corticotrophin dan
corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek menyembuhkan
peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel.
Penelitian lain menunjukkan bekam pada
titik tertentu dapat menstimulasi kuat syaraf permukaan kulit yang akan
dilanjutkan pada cornu posterior medulla spinalis melalui syaraf A-delta
dan C, serta traktus spinothalamicus kearah thalamus yang akan
menghasilkan endorphin. Sedangkan sebagian rangsang lainnya akan
diteruskan melalui serabut aferen simpatik menuju ke motor neuron dan
menimbulkan reflek intubasi nyeri.
Penelitian telah dilakukan untuk
mengetahui manfaat dari metode bekam. Salah satunya adalah yang
dilakukan terhadap 60 orang gemuk yang rutin melakukan bekam. Ternyata
bekam bisa menurunkan tekanan darah dan kolesterol jahat, serta
meningkatkan kadar kolesterol baik. Hasil studi yang dimuat dalam BMC
Medicine tersebut cukup mengejutkan. Studi lain yang dimuat dalam
Journal of the American Medical Association juga menyebutkan orang yang
mendonasikan darahnya setiap 6 bulan sekali lebih jarang terkena
serangan jantung dan stroke.
Para ahli
menduga manfaat kesehatan tersebut karena kadar zat besi dalam darah
berkurang. Kadar zat besi yang tinggi terkait dengan peningkatan risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah. Terapi sedot darah menggunakan
lintah yang sempat populer di Inggris juga diklaim bisa mengurangi rasa
nyeri lutut akibat artritis. Penelitian lain menyebutkan nyeri saraf
akibat penyakit herpes bisa berkurang setelah sedot lintah.
Jong In Kim peneliti lain mengamati terapi basah–cupping untuk nyeri punggung bawah yang non spesifik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa basah–cupping mungkin memiliki efek potensial untuk mengurangi rasa sakit saat berhubungan dengan PNSLBP. Namun penelitian tersebut masih belum secara tegas dapat menyimpulkan efek terapi basah–cupping adalah intervensi yang berarti bagi perbaikan fungsional dari PNSLBP.
Meski
bukan berdasarkan penelitian medis, Thomas W. Anderson (1985) juga
mempublikasikan buku berjudul 100 Diseases Treated by Cupping Method
atau 100 Penyakit yang Dapat Diobati dengan Bekam. Diungkapkan dalam
buku tersebut beberapa penyakit yang berespon cukup baik dengan Terapi
bekam adalah Hipertensi, hiperuricemia (Gout/Pirai),
hiperkolesterolemia, stroke, parkinson, epilepsy, migrain, vertigo,
gagal ginjal, varises, wasir (hemoroid), dan semua keluhan sakit
(rematik, ischialgia/sciatica, nyeri pinggang bawah), penyakit darah
(leukemia, thalasemia), tinnitus, asma, alergi, penyakit sistim imun
(SLE, HIV), infeksi (Hepatitis, elefantiasis), Glaukoma, Insomnia,
enuresis/mengompol, mania, skizofren dan trans (gangguan sihir/jin),
dll. Begitu juga bekam untuk kesuburan (fertilitas) dan kecantikan
(menghilangkan jerawat, komedo, vitiligo, menurunkan berat badan, dll).
Bekam Menurut Pandangan Masyarakat Non Medis
Seperti
pengobatan alternatif lainnya praktek bekam menurut pandangan non medis
sering dikaitkan dengan teori masuk angin dan darah kotor yang secara
medis sebenarnya tidak ada relevansinya. Kalangan non medis menganggap
bekam dapat mengeluarkan “darah kotor”. Teknik ini sering dikonotasikan
dengan proses menstruasi pada wanita. Ahli kedokteran Yunani Kuno,
Hipokrates, percaya bahwa menstruasi berfungsi untuk membersihkan diri
kaum wanita. Praktisi bekam meyakini darah kotor adalah sumber dari
segala penyakit. Jika darah tersebut dikeluarkan, tubuh akan memproduksi
darah baru sehingga tubuh menjadi sehat dan bugar. Karena itu
diperlukan beberapa kali sesi bekam.
Bekam dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu bekam kering dan bekam basah. Bekam
basah adalah metode yang biasanya dilakukan oleh terapis yaitu dengan
mengeluarkan darah. Bekam kering di lain sisi tidak mengeluarkan darah
sama sekali. Bekam kering hanya menempatkan mangkuk vakum di atas kulit
sehingga tidak ada darah yang keluar.
Masyarakat
non medis menganggap bekam basah itu sampai membuang toksin dalam darah.
Kalau bekam kering hanya gas dan uap yang keluar. Orang yang anginnya
terlalu tinggi dalam darah bisa ditarik keluar. Jadi membuang patogen
angin dalam tubuh. Meski tidak sampai kedalam proses pengeluaran darah,
bekam kering dianggap dapat mengeluarkan angin dalam tubuh, rasa nyeri
yang berpindah pada otot, masuk angin, dan pusing dapat diobati. Saat
dibekam kering, angin yang disebut sebagai penyebab penyakit tersebut
dapat terlihat keluar dengan bentuk seperti uap. Mankuk vakum yang
ditempelkan di atas tubuh perlahan akan terlihat semakin berkabut sesuai
dengan tingkatan angin yang ada dalam tubuh pasien. Pengobatan bekam
kering juga dapat dilakukan dengan bermacam teknik salah satunya yaitu
dengan menggerakkan mangkuk vakum di atas kulit pasien yang telah
diolesi minyak pelicin. Cara ini dimaksudkan untuk memijat pasien bekam
menggunakan mangkuk vakum yang menyedot kulit sehingga pasien akan lebih
rileks.
Bekam menurut Agama Islam
Menurut
pandangan ajaran agama Islam, terapi bekam adalah salah satu pengobatan
yang dianjurkan nabi Muhamad SAW. Berbagai hadist menyebutkan anjuran
terapi bekam yang dilakukan Nabi Muhammad. Bekam itu dianjurkan oleh
nabi Muhammad berdasarkan riwayat Jabir bin ‘Abdillah ra, ia berkata,
“saya pernah mendengar Nabi SAW bersabda ; “Aku tidak berjalan dihadapan
sekelompok malaikat pun pada malam ketika aku diisra’kan, kecuali
mereka berkata, “Wahai Muhammad, perintahkanlah ummatmu agar berbekam”.
(Shahihul Jami’ : 5671) Hadits Shahih
Bekam itu
sunnah para Rasul, seperti yang diriwayatkan Malih bin ‘Abdullah Al –
Khothmi, dari ayahnya yang berkata, Rasulullah SAW bersabda ; “Lima hal
termasuk sunnah para Rasul yaitu, malu, pemaaf, bekam, siwak, dan
memakai wewangian”. (HR. Thabrani dan Ibnu Jarir) Hadits Shahih. Menurut
hadist lainnya menyebutkan juga bahwa Bekam itu menyembuhkan, dari Ibnu
Abbas ra, Nabi SAW bersabda, “Penyembuhan itu ada 3 macam ; (1) Minum
madu, (2) Berbekam, dan (3) kay dengan besi panas. Dan aku melarang
umatku berobat dengan kay” (HR. Bukhari) Hadits Shahih. Bekam itu sebaik
– baiknya pengobatan, dari Humaid Ath Thawil ra, dari Annas bin Malik
ra, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya sebaik – baiknya pengobatan yang
kalian lakukan adalah berbekam”. (HR. Tirmidzi) Hadits Shahih
Rasulullah
saw bersabda, “Sebaik – baiknya Pengobatan yang kamu lakukan adalah Al
Hijamah ( Bekam )” (nseperti uyang diriwayatkan HR. Ahmad sebuah Hadits
Shahih. Rasulullah saw bersabda juga , “Pengobatan yang paling ideal
yang dilakukan manusia adalah Al Hijamah (Bekam)” seperti yang
diriwayatkan HR. Muslim Hadits Shahih. Sedangkan Ibnu Abbas ra,
meriwayatkan Nabi saw pernah bersabda, “Orang yang paling baik adalah
seorang tukang bekam (Al hijamah) karena ia mengeluarkan darah kotor,
meringankan otot yang kaku dan mempertajam pandangan mata terhadap orang
yang dibekamnya” (HR. Tirmidzi) Hadits Shahih. Rasulullah saw bersabda
“sesungguhnya pada bekam itu terkandung kesembuhan”(kitab mukhtahar
muslim no 1480, shahihul jaami’no 2128, dan silsilah Al-hadits
ash-shahihah no 864 karya imam al-Albani) Hadits Shahih
Ashim bin
umar bin Qatadah ra pernah meriwayatkan bahwa Jabir bin Abdullah ra
pernah menjenguk Al-muqni’ ra, dia bercerita : “aku tidak sembuh
sehingga aku berbekam, karena sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw
bersabda “sesungguhnya didalamnya terkandung kesembuhan” (HR. Ahmad,
Bukhari, Muslim, Abu Ya’la, al-Hakim, al-baihaqi) Hadits Shahih. Dari
hadist Uqbah bin Amir ra, Rasulullah saw bersabda “ada tiga hal yang
jika pada suatu ada kesembuhan, maka kesembuhan itu ada pada sayatan
alat bekam atau meminum madu atau membakar bagian yang sakit. Dan aku
membenci pembakaran (sudutan api) dan tidak juga menyukainya” (HR. Ahmad
dalam musnadnya) Hadits Shahih
Anas bin
Malik ra juga meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda “kalian harus
berbekam dan menggunakan al- Qusthul Bahri” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad
dan An- Nasai dalam kitab As- Sunan Al- Kubra no. 7581) Hadits Shahih.
Dari Jabir al-Muqni RA, dia bercerita: “Aku tidak akan merasa sehat
sehingga berbekam, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah
SAW bersabda: ‘Sesungguhnya pada bekam itu terdapat kesembuhan’.”
(Shahih Ibnu Hibban (III/440)) Hadits Shahih. Dalam hadist lainnya Anas
RA, juga meriwayatkan bahwa “Rasulullah SAW bersabda: ‘Jika terjadi
panas memuncak, maka netralkanlah dengan bekam sehingga tidak terjadi
hipertensi pada salah seorang diantara kalian yang akan membunuhnya’.”
(diriwayatkan oleh al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak, dari Anas RA yang
diakui pula oleh adz-Dzahabi (IV/212)) Hadits Shahih.
Abdullah bin
Mas’ud RA juga meriwayatkan: “Rasulullah SAW pernah menyampaikan sebuah
hadits tentang malam dimana beliau diperjalankan bahwa beliau tidak
melewati sejumlah malaikat melainkan mereka semua menyuruh beliau SAW
dengan mengatakan: ‘Perintahkanlah umatmu untuk berbekam’.” (Shahih
Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani (II/20), hasan gharib). Hadit
Shahih. Pada malam aku di-isra’kan, aku tidak melewati sekumpulan
malaikat melainkan mereka berkata: “Wahai Muhammad suruhlah umatmu
melakukan bekam.” (HR Sunan Abu Daud, Ibnu Majah, Shahih Jami’us Shaghir
2/731) Hadits Shahih. Sementara itu Ibnu ‘Abbas RApun meriwayatkan
bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah aku berjalan melewati
segolongan malaikat pada malam aku diisra’kan, melainkan mereka semua
mengatakan kepadaku: ‘Wahai Muhammad, engkau harus berbekam’.” (Shahih
Sunan Ibnu Majah, Syaikh al-Albani (II/259) Hadit Shahih. Ibnu Umar RA
juga pernah meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah aku melewati
satu dari langit-langit yang ada melainkan para malaikat mengatakan:
‘Hai Muhammad, perintahkan ummatmu untuk berbekam, karena sebaik-baik
sarana yang kalian pergunakan untuk berobat adalah bekam, al-kist, dan
syuniz semacam tumbuh-tumbuhan’.” (Kitab Kasyful Astaar ‘an Zawaa-idil
Bazar, karya al-Haitsami, III/388) Hadits Shahih.